Monday, January 3, 2011

Titik Balik

Dua puluh tahun hidup gue, gue selalu melakukan apa-yang-bikin-mama-seneng.
Gue selalu merasa terpaksa. Pilihan sekolah, jurusan kuliah, tempat kosan, semuanya apa kata mama. Ikut di program ini pun karena Mama. Karena gua pikir, "mama pasti seneng kalo punya anak yang feminin dan solehah."
Bener aja, dia seneng banget beliin gue gamis dan baju-baju panjang. Dia cerita ke semua, SEMUA, temennya soal betapa bangganya dia sama anak perempuannya yang mahasiswi Teknik Industri UI yang ikut program X.
Gue menjalani hari-hari gue penuh keterpaksaan hingga suatu pagi, 29 Desember 2010, gue merasa bener-bener gak tahan.
Gue mau melakukan sesuatu untuk diri gue sendiri. Bukan untuk mama, bukan untuk orang lain, tapi untuk gue.

Lima hari kemudian, gue sadar.. Kalo apa yang gue inginkan persis sama seperti yang mama inginkan. Gue hanya terlalu takut untuk mengungkapkannya.
Gue juga bukan orang yang bisa kalah, apalagi finish di urutan terakhir. Karena itu gue selalu mencari-cari alasan untuk keluar dari program ini, dari keadaan dimana gue jadi orang paling cupu.

Gue sadar kalo semua ini keinginan gue, keputusan gue.
Mama hanya membuat gue berani mengambil setiap langkah besar dalam hidup gue.



Well, I guess this is my turning point. I know what I want and I know how to get it. I'm not afraid. Not anymore.

2 comments:

  1. Yg ini, gw speechless


    salut sama "titik balik"nya..

    ReplyDelete
  2. ternyata udah tua masi aja anak mami. ckck

    ReplyDelete